Di Balik Angka Cantik 101.101 Ada Edy Wuryanto!
KERJA keras itu berakhir menyenangkan. Jago yang dielus-elus perawat Jawa Tengah, (Jateng) sebagai wakil rakyat di DPR RI, Dr Edy Wuryanto SKp MKep lolos dari lubang jarum daerah pemilihan III. Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jateng itu dari empat kabupaten, yaitu Grobogan, Blora, Rembang, dan Pati berhasil meraup 101.101 suara. Sebuah angka yang cantik.
Sebagai pendatang baru, jumlah suara sebesar itu sungguh luar biasa. Hasil itu seperti melepaskan semua ketegangan yang dirasakan hampir sebagian besar keluarga perawat di Jateng. Plong! ‘’Yang saya khawatirkan bukan diri saya pribadi, tetapi umat perawat Jawa Tengah. Kalau gagal, mau ditaruh di mana muka perawat Jawa Tengah,’’ ujar Dr Edy Wuryanto saat buka bersama jajaran pengurus DPW di aula CJNC, Ungaran.
Setelah coblosan 17 April lalu, rasanya jantung perawat serasa berdenyut lebih cepat. Jujur saja, terjunnya komandan PPNI Jateng itu dalam pemilu legislatif menjadi pertaruhan.’’Ini benar-benar ujian bagi perawat Jawa Tengah, kalau ini sampai gagal, kita pasti tak punya muka untuk menatap musyawarah kerja di Bali. Di daerahnya saja tidak berhasil, apalagi di tingkat nasional,’’ ujar Ns Supriyadi, Wakil Ketua DPW PPNI Jateng, beberapa waktu silam.
Pertaruhan nama Dr Edy Wuryanto dan perawat Jawa Tengah itulah yang membuat tim bekerja keras dengan segenap totalitas. Sebagai komandan utama tim sukses, Puji Krisdiyantoro SKep Ns MM, langsung bergerak cepat. ‘’Setelah memastikan Pak Edy maju di dapil 3, teman-teman di Grobogan, Pati, Rembang, dan Blora langsung merapatkan barisan,’’ ungkap Ketua DPD PPNI Grobogan itu.
Menurut dia semua kader terlibat, baik senior maupun yunior bahu membahu, menyelusup hingga ke akar rumput untuk menyukseskan pencalonan Edy Wuryanto. ‘’Kami terus menerus berkoordinasi dalam konsentrasi tingkat tinggi,’’ tambah pria yang akrab disapa Kristo itu.
Hampir tiap saat berkeliling, bergerilya, blusukan ke masyarakat pemilih untuk memperkenalkan Edy Wuryanto. ‘’Kami bersatu padu memaksimalkan pilih Pak Edy. Mulai keluarga, tetangga, cleaning service, hingga driver satu suara untuk mengusung dia,’’ ujar Kristo sambil menambahkan bahwa koordinasi dilakukan secara spartan dari kordapil, korcam, hingga kordes.
Setelah kerja keras itu, dan mengetahui suara yang didulang mencapai 101.101, semua baru bisa bernapas lega. Sebelum menyentuh angka itu, menjadi saat yang mendebarkan. Dan menunggu kepastian apakah kader terbaik perawat yang kita miliki itu, lolos dan melenggang mulus ke Senayan, menjadi momen yang begitu menegangkan. Walaupun, keluarga perawat di Jawa Tengah sangat percaya dan optimis, Edy Wuryanto lolos ke senayan. Keluarga perawat, terutama Kristo dan segenap timnya dari Grobogan yang petang itu bergabung di CJNC, sudah bisa tertawa lebar.
Melepas Ketegangan Sebenarnya, ketegangan itu lebih karena, Dr Edy Wuryanto menjadi tumpuan nasib perawat se-Indonesia. Di negeri ini perawat menjadi profesi terbesar yang ada di dalam pelayanan kesehatan. Kementerian Kesehatan pernah mencatat ada sekitar 49% tenaga kesehatan yang bekerja dalam pelayanan kesehatan adalah perawat. Tetapi jujur saja, selama ini, jumlah yang besar itu belum menjadi nilai lebih yang menguntungkan posisi tawar profesi perawat. Dan, keberadaan seorang Edy Wuryanto di Senayan, yang diproyeksikan membidangi ketenagakerjaan dan kesehatan, bakal memberikan angin segar bagi perawat.
Keterlibatan perawat dalam politik menjadi kewajiban moral untuk mendorong perawat untuk secara aktif berpartisipasi dalam pembuatan regulasi yang berdampak langsung pada pasien yang akan dilayani. Sebagai profesi kesehatan terbesar di Indonesia, perawat harus bisa menjadi pemimpin dalam mendesain ulang sistem perawatan kesehatan. Tetapi untuk melakukannya, perawat perlu bermitra dengan anggota profesi kesehatan lain, dan tentu saja ada tokoh perawat yang duduk pula sebagai pengambil kebijakan.
Rasanya, sudah terlalu lama perawat dibuat frustrasi oleh kebijakan yang memengaruhi praktik keperawatan, terutama ketika kebijakan tersebut ditulis oleh individu dengan pengetahuan dan pengalaman perawatan kesehatan yang terbatas. Wajarlah jika keadaan itu, kadang menimbulkan kekecewaan , kepahitan, dan putus asa.
Kita harus yakin bahwa setiap perawat memiliki peluang untuk memengaruhi kebijakan politik di tingkat lokal dan nasional. Secara lokal, perawat dapat menjadi aktif secara politik dengan mengambil posisi menjadi pemimpin dalam sistem perawatan kesehatan atau mampu bekerja sama dengan pejabat terpilih untuk mendiskusikan peraturan daerah yang memengaruhi pelayanan keperawatan.
Di tingkat nasional, perawat dapat terlibat dalam kebijakan dan politik dengan bergabung bersama organisasi politik maupun profesi. Organisasi-organisasi ini sering memiliki pelobi yang membawa masalah keperawatan ke parlemen atau presiden. Dan akan sangat menguntungkan bagi perawat jika Edy Wuryanto ada di dalam lingkaran parlemen. Sebab, perawat tak perlu susah payah, lobi ke sana kemari hanya untuk bertemu wakil rakyat, untuk mengemukakan persoalan. Karena tanpa diminta, Ketua DPW PPNI Jawa Tengah itu, yang tahu pasti persoalan perawat Indonesia, pasti akan berjuang di parlemen demi kepentingan perawat.