Seminar Nasional STIKES Telogorejo : Manajemen Nyeri dalam Layanan Kesehatan di Era Milenial
DALAM rangka memenuhi kebutuhan milenial soal manajemen nyeri dalam layanan kesehatan, STIKES Telogorejo Semarang menggelar Seminar Nasional di Gedung Auditorium, Sabtu (04/05), bertajuk “Manajemen Nyeri dalam Layanan Kesehatan di Era Milenial”. Seminar ini diikuti sekitar 898 peserta meliputi praktisi, dosen, mahasiswa, hingga masyarakat umum.
Ketua Panitia acara, Sukesi, menjelaskan seminar nasional ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan oleh STIKES Telogorejo Semarang. Terkait tema, menurutnya, ibu melahirkan di era sekarang banyak yang menginginkan secara alami tanpa rasa sakit atau minim trauma.
Empat narasumber dihadirkan meliputi dr Melyana Nurul Widyawati SSi T MKes, Mahirsyah Wellyan M SC Apt, Ns Sarinti MKep dan Ns Imelda Yanti MKep Sp Kep An.
Melyana Nurul Widyawati mengangkat tema tentang melahirkan tanpa rasa nyeri dengan gentle birth. Mahirsyah Wellyan menjelaskan terkait pelayanan kefarmasian dalam penatalaksanaan terapi nyeri. Sedangkan Sarinti mengangkat topik terkait manajemen nyeri di layanan kesehatan berdasarkan SNARS. Ada pun Imelda Yanti mengangkat topik Hypnotouch pain control.
Seorang peserta, Dinda Agiputri (22) mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang memberikan apresiasinya terhadap materi yang diberikanbpara narasumber.
Menurut Dinda, materi yang diberikan para narasumber saling berkesinambungan sehingga ia mengaku seolah membuka materi lama yang pernah ia pelajari. “Walaupun topiknya tentang nyeri, tapi juga membahas tindakan bukan obat. Ternyata obat-obat nyeri ada beberapa yang efeknya berbeda, ada yang sampai parah. Ternyata kita harus menentukan obatnya sesuai riwayat pasien. Kalau pasien sakit jantung berarti sebisa mungkin jangan. Takutnya tambah parah makanya diberi obat ringan,” jelas dia.
Dinda mengaku, materi tersebut nantinya dapat menjadi bekal untuk menjadi praktisi dia harapkan berkompeten di bidang keperawatan. “Bagi perawat yang selalu bertemu pasien salah satunya kita harus tau obat anti nyeri dan yang tidak, itu tidak boleh dijadikan satu. Ilmu itu bisa saya dapatkan di seminar gabungan ini,”paparnya
Berbeda dari Dinda yang berbasis keperawatan, Gracediana Kairupan (29) seorang peserta kimia Farma 260 Semarang berkomentar terkait farmasi. Selain untuk SKP, menurutnya, materi berbobot terutama soal nyeri pasca melahirkan. Ia yang tengah hamil 6 bulan itu mengaku materi berguna baik untuk bidangnya maupun persalinannya nanti. “Farmasi juga sesuai dengan bidang saya. Manajemen nyeri, pelayanan pengobatan nanti bagaimana, ini penting untuk saya,” tandasnya.
Gentle Birth
Sebagai pembicara pertama, Melyana Nurul Widyawati menjelaskan panjang lebar tentang gentlebirth. Ini merupakan adalah sebuah filosofi dalam persalinan yang tenang, penuh kelembutan dan memanfaatkan semua unsur alami dalam tubuh seorang manusia. Penolong dan pendamping harus membantu dengan tenang dan suara yang lembut, sehingga pada saat bayi lahir, suasana di sekelilingnya tenang, hening, dan penuh kedamaian. Proses persalinan yang tenang, lembut, santun dan minum trauma ini bukanlah sebuah standart operasional prosedur (SOP) atau seperangkat aturan yang harus diikuti. Sebaliknya, itu adalah sebuah pendekatan dalam proses kelahiran alami yang menggabungkan nilai-nilai dan keyakinan yang dianut oleh wanita itu sendiri.
Setiap kelahiran seorang bayi adalah pengalaman yang kuat dan selalu transformasional. Setiap kelahiran adalah pengalaman unik bagi wanita yang melahirkan dan bayi yang dilahirkan. Bagi banyak wanita, pengkondisian sosial awal akan menciptakan keyakinan bahwa mereka tidak dapat melahirkan secara normal. Kesalahpahaman ini harus diganti dengan pemahaman tentang filosofi gentle birth. Ketika seorang wanita menyadari bahwa tubuh mereka benar-benar tahu bagaimana untuk melahirkan dan bayi mereka yang tahu bagaimana untuk lahir, mereka akan mendapatkan kepercayaan diri bahwa mereka bisa mengalami gentle birth.
Gentle birth membutuhkan persiapan sejak masa kehamilan. Baik persiapan fisik maupun mental calon ibu. Persiapan fisik meliputi latihan pernapasan, olahraga ringan, pijat, dan konsumsi makanan sehat. Mental ibu pun perlu disiapkan dengan rutin melakukan relaksasi hypno-birthing, meditasi, afirmasi positif, dan menjaga ketenangan jiwanya. Persiapan mental ibu menjadi hal penting yang akan memengaruhi kesuksesan gentle birth ini. ‘’Lebih baik untuk membuka kelas ibu hamil, sebagai persiapan untuk manajemen nyeri,’’ ujar Melyana.
Tetapi ingat dia, tidak setiap persalinan bisa dilakukan dengan metode gentle birth. ‘’Lihat riwayat kesehatan atau persalinan sebelumnya. Ada penapisan masalah. Jangan karena memaksakan untuk gentle birth, justru berakibat fatal,’’ tegas Melyana.