Workshop Publikasi Riset Keperawatan
’’Kalau Sudah Mapan, Sering Diundang Menulis’’
DALAM rangka untuk meningkatkan kemampuan perawat dalam menulis dan mempublikasi jurnal ilmiah, DPW PPNI Jawa Tengah menggelar Workshop Publikasi Riset Keperawatan bertema ”Klinik Penulisan Artikel Ilmiah Nasional dan Publikasi melalui Open Journal System (OJS)’’, di STIKES Telogorejo 12-13 April.
Hadir sebagai pembicara, Dosen Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Suhartini SKp MNS PhD, Dosen STIKES Kendal Ns Livana PH MKep SpKepJ, dan Ns Arief Yanto MKep dari Universitas Muhammadiyah Semarang.
Pada kesempatan tersebut Suhartini mengatakan apapun latar belakang ilmu keperawatan, penulis harus paham siapa audiens yang akan dituju. Jika penulis mengetahui dan paham audiensnya, sebuah artikel akan diperhatikan dan dibaca banyak orang. ‘’Apalagi jika isu yang diangkat up to date, dan sedang menjadi perhatian serta dibicarakan banyak orang, pasti akan dibaca,’’ kata dia.
Menurut dia, penulis juga harus fokus pada materi yang dibahas. Usahakan mengupas atau fokus pada satu aspek saja. Misalnya, mengulas persoalan tentang manajemen nyeri. Dengan demikian, memudahkan editor untuk mereview. ‘’Kalau editor menganggap tulisan itu bagus, akan dipertimbangkan penerbitannya. Beberapa artikel yang terbit di jurnal-jurnal-jurnal rata-rata fokus pada satu topik, yang dilengkapi data hasil penelitian, dan tulisannya penuh kalimat kualitatif,’’ papar Suhartini.
Selanjutnya yang perlu dipertimbangkan, kata dia, menulis secara penuh atau full artikel. Yaitu tidak sekadar memaparkan data, tetapi mengembangkan artikel berdasarkan data itu menjadi tulisan lengkap mulai dari latar belakang, hasil penelitian, sampai pada kesimpulan.
‘’Kalau pada mikro artikel, ini kategori yang sangat tinggi sekali. Biasanya penulisnya, rajin meneliti, setelah meneliti punya artikel yang dijelaskan secara detil dan panjang lebar, untuk sebuah topik saja,’’ terang Suhartini.
Tantangan selanjutnya, kata dia, adalah melewati review editor. ‘’Biasanya dihadang pada review saat publis e-jurnal, Kalau dihadang tidak sesuai, artikel tidak dipublis,’’ timpal dia.
Karena itulah, perawat harus bisa menemukan jurnal yang tepat. Pertama, lihat apa yang akan dipublikasikan, letter, review, mikroartikel atau penuh. Kedua, cek referensi artikel. Hati-hati, membuat referensi. ‘’Untuk jurnal yang bereputasi, hanya alasan referensi tidak tepat bisa saja ditolak, karena dianggap ada faktor yang salah. Makanya berkali-kali saya katakan cek referensi,’’ ungkap Suhartini.
Tentu lebih enak jika diundang untuk menulis. Biasanya jurnal mengundang penulis untuk membahas topic tertentu. ‘’Hanya saja ini bagi penulis yang sudah mapan dan punya nama. Kalau masih pemula ya belum diundang,’’ ujar dia.
Gaya Selingkung
Sedangkan Livana menambahkan dalam jurnal ada yang disebut dengan Gaya Selingkung (in-house style) gaya dan format yang dibakukan untuk keperluan publikasi artikel ilmiah. Gaya ini terdiri atas, implementasi focus and scope, menentukan berbagai aspek manajemen, tata tulis, substansi dan penampilan dari artikel, serta berkala ilmiah. Dan ada standar baku.
Kenapa harus ada “Gaya Selingkung Berkala Ilmiah” ? Agar ada keberlanjutan publikasi; penciri dan daya tarik penerbitan naskah ilmiah; tumbuh dan berkembang sesuai kemajuan ilmu dan teknologi, bersifat dinamis dan terbuka untuk perbaikan dan penyempurnaan tetapi tetap bersistem; harus diikuti oleh penulis artikel, dan ada keseragaman.
Hanya saja menurut Livana, tidak ada standar soal gaya selingkung ini. Setiap jurnal memiliki gaya selingkung dan petunjuk penulisan GFA sendirisendiri yang bersifat sebagai penciri berkala ilmiah. GFA berubah sehingga calon penulis harus membacanya sebelum menulis dan mengirim naskah.
Kemudian apa saja yang ada di gaya selingkung? ‘’Ini meliputi kebiasaan penyajian naskah, ejaan dan tanda baca, saat tepat penggunaan angka dan singkatan, perancangan table dan gambar, penulisan daftar pustaka, catatan kaki, penulisan angka, dan singkatan,’’ papar Livana.
Ia menambahkan baik penulis maupun peneliti memiliki tugas dan tanggung jawab untuk penyiapan naskah (manuscript), membaca artikel terbaru yang sudah diterbitkan oleh target Berkala Ilmiah dijadikan pedoman; membaca petunjuk penulisan (GFA) secara seksama, tuntas dan hati-hati serta cermat; harus patuh dan mengikuti petunjuk penulisan (GFA. ‘’Kalau kurang teliti, dan tidak mengikuti GFA, siap-siap saja, naskah ditolak editor!’’