PPNI Akan Bangun Pusat Diklat Nasional Keperawatan

PERINGATAN HUT ke-45 Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) di tingkat DPP berlangsung sederhana. Kegiatan bertema ‘Keluarga dan Masyarakat Sehat Bersama Perawat’ dihadiri para tokoh perawat, tokoh masyarakat, Pengurus DPP PPNI, Perwakilan Pengurus DPW PPNI, DPD, DPK dan para undangan lainnya. ‘’Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa, tidak henti-hentinya memberikan nikmat kepada kita semuanya, baik itu umur panjang dan kesempatan untuk hadir dalam rangka tasyakuran HUT PPNI ke 45 yang kita cintai,’’ ucap Harif Fadhillah saat memberikan sambutan di Graha PPNI, Jalan Raya Lenteng Agung No 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, Minggu (17/3).

Ketua Umum DPP PPNI ini menceritakan secara singkat terbentuknya PPNI pada masa itu.Pada tahun 1974, terjadilah atas kesepakatan dari keinginan untuk menyatukan diri dari berbagai nama perkumpulan perawat yang ada pada saat itu. Dengan komitmen bersama, akhirnya para tokoh perawat bertekad untuk menyatukan diri dalam organisasi secara nasional yang diberima nama PPNI hingga saat ini. ‘’Peringatan HUT PPNI tahun ini di tingkat DPP, kita telah memutuskan untuk melakukannya secara sederhana agar dapat menyesuaikan dengan situasi politik pada saat ini, mengingat masih ada hal-hal lain perjuangan dari pengurus PPNI yang kita harus selesaikan bersama,’’ jelas Harif.

Diungkapkannya, awalnya PPNI merencanakan apel akbar di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta dengan skala besar, namun mengingat situasi masa politik, kampanye, dan jelang Pemilu serta berbagai saran pengurus dari daerah, maka niat tersebut di batalkan. Berdasarkan pantauan dari Ketum DPP PPNI, dikatakannya bahwa semangat memperingati HUT PPNI di tingkat DPW, DPD, DPK di masing-masing daerah dan perwakilan PPNI di luar negeri sangat antusias.

Pusat Diklat Keperawatan

Berbagai kegiatan tersebut untuk meningkatkan dan mengingatkan pengurus agar menciptakan persatuan dan kebersamaan secara nasional, sesuai dengan keinginan para tokoh perawat terdahulu agar lebih bersatu. Tujuannya agar PPNI solid, mampu bersinergi dengan stakeholder, untuk menunjukkan bahwa PPNI dibutuhkan.

Selain itu, Harif Fadhillah menyampaikan perkembangan PPNI selama 4 tahun terakhir dan setahun lagi masa kepengurusannya akan berakhir hingga Mei 2020. Dari sisa waktu tersebut, dirinya bersama Pengurus DPP PPNI lainnya berusaha menyelesaikan semua amanah dari munas dan berharap dapat tercapai . ‘’PPNI sudah membebaskan lahan tanah di daerah Bekasi, Jawa Barat dan berniat untuk mendirikan Pusat Diklat Nasional Keperawatan di Indonesia, akan kita desain untuk disesuaikan dengan Era industri 4.0 dengan porsi teknologi tinggi. Mengingat perkembangan Diklat Nasional Keperawatan di Indonesia masih belum sesuai dan maju bila dibandingkan di negara-negara yang telah mengembangkannya,’’ katanya.

Harif Fadhillah mengajak pengurus lainnya bermimpi untuk mewujudkan Pusdiklat yang refresentatif dan modern sebagai upaya meningkatkan kompetensi perawat, melalui berbagai cara digital dan teknologi tinggi untuk dapat menyesuaikan pemenuhan kebutuhan mewujudkan perawat profesional. Pengurus PPNI perlu berusaha untuk menjalin kerjasama dan saling menguntungkan dengan investor maupun peminat lainnya.

Harif juga mengungkapkan dalam setahun ini, PPNI menerima sekitar 3.000 pucuk surat dari berbagai stakeholder, untuk diminta memberikan kontribusi maupun pemikiran, kegiatan, dan sebagainya. Ini menandakan bahwa PPNI sudah mulai dikenal dan pihak lain menginginkan kerjasama. Di samping itu, PPNI sudah mulai dikenal di tingkat nasional.’’ Sampai hari ini, saya sudah ketemu Presiden lima kali secara formal. Jadi artinya PPNI dalam kontek kiprah secara nasional sudah cukup dikenal melalui eksistensinya,’’ imbuhnya.

Sejalan dengan tema HUT PPNI pada tahun ini, PPNI telah mencanangkan program kesehatan yang diawali dari keluarga, agar keinginan bersama dapat sejalan dengan program pemerintah dan juga telah mengusulkan kepada pemerintah saat ini maupun calon presiden dan wakil presiden peserta Pilpres melalui program perawat desa. ‘’Saya sudah canangkan melalui berbagai media, kita akan terus berkontribusi lebih banyak lagi, agar masyarakat sehat yang dimulai kiprahnya dari desa, dikarenakan masih ada kesenjangan layanan kesehatan di tingkat desa. Ini pula sebagai upaya dan solusi agar peran perawat lebih baik serta pentingnya untuk memperbaiki konsep perawat desa, jika digulirkan nantinya, kita sudah siap melaksanakannya,’’ ungkap Harif Fadhillah.

Dia tegaskan pengurus juga mendorong praktik mandiri perawat yang telah diprogramkan dua tahun lalu. Peluang itu semakin besar dengan keberadaan UU Keperawatan. Jadi perlu dukungan lebih kuat agar perawat memaksimalkan peluang untuk praktik mandiri. ‘’Berdasarkan data terakhir, bulan Mei 2018, baru 4.916 perawat berpraktek mandiri dari sekitar 1 juta perawat yang ada di Indonesia. Tentunya ini juga tidak sesuai dengan perkembangan jumlah penduduk. Dengan adanya perawat desa nantinya dimungkinkan akan berada dibawah pemerintah desa,’’ katanya.

Menurut Ketua Panitia Ahmad Eru Saprudin (Sekretaris III DPP PPNI), secara simbolis dilakukan pemotongan tumpeng oleh Ketum DPP PPNI, didampingi Achir Yani, Husin (tokoh perawat), Sekretaris DPP PPNI Mustikasari, Bendahara Umum DPP PPNI Apri Sunadi dan Yetti Resnayati Sekretaris II DPP PPNI. Peringatan sederhana itu juga diisi tausyiah oleh Ust. Sholihat (Bandung) dan Marawis dari Mahasiswa Keperawatan UMJ Jakarta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *