Ns Imelda Yanti MKep Sp Kep An : Tergoda Hipnoterapi

Sebenarnya, baru tahun 2012 Ns Imelda Yanti MKep Sp Kep An tertarik menekuni teknik hipnoterapi. Itu pun menurut pengakuannya, lantaran tergoda dengan tayangan Uya Kuya di televisi yang sukses menghipnotis ‘tamu-tamunya’.

‘’Jujur saja saya tertarik dengan Uya Kuya. Tetapi saya berpikir, bisa tidak teknik itu digunakan untuk keperluan lain. Awalnya seperti itu, ternyata hipnosis ini bisa untuk menghilangkan nyeri. Dan ternyata di luar negeri memang sudah sejak lama digunakan untuk fungsi lain,’’ ujar dia di sela menjadi pembicara seminar nasional manajemen nyeri di STIKES Telogorejo Semarang, belum lama ini.

Imelda pun kemudian mendalami teknik hipnosis itu. Bahkan ia menjadikannya sebagai tesis S-2 di Keperawatan Universitas Indonesia, dengan tema Efektivitas Hipnoterapi pada Anak. Kemampuannya pun semakin terasah, apalagi untuk keperluan tesisnya itu dia harus menangani pasienpasiennya dengan teknik hipnosis. ‘’Sebenarnya dengan teori dua hari saja, kita bisa menguasai teknik ini. Selanjutnya praktik, ala bisa karena biasa. Untuk keperluan tesis itu, saya menangani 40 pasien,’’ cerita Imelda.

Teknik hipnoterapi ini bermanfaat untuk banyak hal seperti mengatasi problem psikis, pobia, terapi healing hingga menghilangkan nyeri. Banyak pasien pasca operasi yang menghilangkan rasa nyeri dengan hypnosis. ‘’Akhirnya informasi ini tersebar dari mulut ke mulut, dan semakin banyak orang mereferensikan saya untuk menghilangkan nyeri dengan hipnoterapi,’’ cerita lulusan SPK Keperawatan Fatmawati Depkes RI.

Alumni D-3 Poltekes Jakarta I itu mengatakan prinsip manajemen nyeri dengan teknik hypnosis ini adalah tidak mengabaikan nyeri pasien. Dalam hal ini tenaga kesehatan, perawat wajib memiliki kemampuan menghilangkan nyeri pasien dengan non farmakuler atau hipnosis. ‘’Perawat bisa gunakan teknik ini untuk atasi nyeri pasien,’’ kata perempuan yang meluluskan studi S-1 di Universitas Indonesia itu.

Spesialis keperawatan anak ini mengatakan teknik hipnosis sesungguhnya seratus persen memberdayakan diri pasien untuk mengubah nyeri menjadi nyaman. Perlu sugesti untuk mengontrol rasa nyeri. ‘’Jadi kita masukkan sugesti tentang perasaan nyaman, sebab nyeri ini tentang persepsi,’’ kata ibu dua anak ini.

Ia mengaku memiliki pengalaman unik. Suatu ketika ada pasien yang masih merasakan nyeri sekalipun telah disuntik penghilang rasa sakit. Dokter yang menangani pasien tersebut bingung karena dosis obat yang disuntikkan telah lumayan banyak. ‘’Saya dipanggil, saya gunakan teknik hypnosis. Ternyata bisa. Kuncinya adalah bagaimana agar pasien bisa mengabaikan nyeri, tidak fokus pada nyeri, dan menghadirkan sensasi kenyamanan,’’ tutur Imelda

Ia mengatakan setiap orang bisa mengontrol nyeri. Kuncinya sebelum invasive obat, harus dihipnosis dulu, kemudian diakan berelaksasi untuk menghilangkan nyeri.

Terapkan Pada Anak

Tidak hanya di bidang kesehatan, menurut dia teknik hypnosis ini juga bisa digunakan untuk parenting. Ia bahkan menerapkannya untuk anakanaknya. ‘’Saya kasih sugesti, ternyata berhasil. Mereka jadi nurut sama orang tua,’’ ungkap Imelda

Menurut dia sugesti yang dimasukkan dalam pikiran anak-anak bisa berlangsung lama, dan tidak hilang. Pesan-pesan itu bisa tersimpan dalam memori anak. Tetapi syaratnya, sugesti yang dimasukkan adalah nilai-nilai moral yang positif. ‘’Kalau hal-hal negative tidak lama bertahan,’’ kata dia.

Bahkan untuk keperluan manajemen nyeri, menurut Imelda sugesti tersebut bisa bertahan seumur hidup. ‘’Contohnya saja ada pasien yang saya sugestikan setiap merasakan nyeri di perut, saya minta untuk mengusap perutnya, maka rasa sakitnya akan hilang. Ternyata ini bertahan sampai sekarang, setiap terasa nyeri, ia cukup mengusap perutnya, dan merasa nyaman,’’ cerita dia

Karena itulah, dia sangat hati-hati dalam menularkan ilmu hipnotisnya. ‘’Saya hanya ajarkan untuk keperluan profesional kesehatan,’’ pungkas Imelda sambil menambahkan buku bacaan yang wajib dibaca perawat, Terapi Self Hipnosis yang Wajib Dikuasai Perawat, Nursing Intervention Classification (NIC) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *